Tugas IBD ke 2
NAMA : Maulana Ibrahim
KELAS : 1IB06
NPM : 16414468
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keindahan adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Kata keindahan berasal dari kata
indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keidahan
identik dengan kebenaran. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan
dan kebenaran mempunyai nilai daya tarik yang selalu berubah – ubah, karena
keindahan bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan,
waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau local. Keindahan juga mempunyai
nilai estetik yang terdiri dari ekstrinsik, dan intrinsik.
Manusia hidup didunia ini untuk mempelajari dan menjalani kehidupan.
Terkadang perjalanan hidup akan terasa sulit saat melewati penderitaan dan
siksaan. Penderitaan
dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan
termasuk realitas manusia dan dunia. Penderitaan timbul karena adanya siksaan.
Dan siksaan adalah suatu proses kekerasan dalam bentuk fisik atau psikologis.
Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, dan untuk belajar tidak
melakukan kesalahan lagi atau mencegah kesalahan yang akan di alami, mereka akan
melakukan merenung, karena renungan adalah memikirkan sesuatu hal yang baru maupun belum
dialami oleh manusia.
Suami manusia pasti punya takut, ketika ketakutan itu terus terjadi
berulang – ulang maka akan timbul trauma, dan trauma tersebut akan menimbulkan
fobia.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan pengertian tentang
keindahan?
2. Jelaskan nilai – nilai
ekstrinsik dan intrinsik keidahan pada manusia?
3. Jelaskan pengertian dari
penderitaan dan siksaan?
4. Jelaskan pengertian dari
renungan?
5. Jelaskan pengertian tentang
fobia?
6. Bagaimana pendapat kalian
tentang apabila ada seseorang yang mengalami suatu penderitaan?
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini diantaranya :
Mengetahui
pengertian dari keindahan dan nilai –
nilai ektrinsik dan intrinsik keindahan pada manusi.
Mengetahui
pengertian dari penderitaan dan siksaan.
Mengetahui
pengertian dari renungan dan phobia.
Dapat
memberikan pendapat mengenai penderitaan yang dialami seseorang.
PEMBAHASAN
1. KEINDAHAN
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indahl, pemandangari alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, ta13nan, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
Menurut The Liang Gie dalam
bukunya “G,a-ris Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris
keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia
dan Spanyol “bello”, kata-kata itu ber¬asal dari- bahasa Latin “bellum”. Akar
katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk
pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis
“bellum”.
Bangsa Yunani juga mengenal
pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya ‘symmetria’ untuk
keindahan berdasarkan penglihatan ( misalnya pada karya pahat dan arsitektur.)
dan hamlonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian
keindahan yang seluas-luasnya meliputi
– keindahan seni – keindahan alam
– keindahan moral – keindahan intelektual
Keindahan dalam arti estetis mumi
menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala
sesuatu yang diserapnya.Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan
sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan penglihatan, yakni
berupa keindahan dan bentuk dan warna. keindahan pada dasamya adalah sejumlah
kwalita, pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kwalita yang paling
sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan
(symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast). Ada pula yang
berpendapat, bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang
selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan Si pengamat.
Filsuf dewasa ini merumuskan
keindahan sebagai kesatuan hubungan yang terdapat antara pencerapan-pencerapan
inderawi kits (beaty is unity of formal relations of our sense perceptions).
Sebagian filsuf lain menghubungan
pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure), yang merupakan sesuatu
yang menyenangkan terhadap penglihatan atau pendengaran. Filsuf abad
pertengahan Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan, bahwa keindahan adalah
sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Selain itu menurut luasnya
dibedakan pengertian:
Keindahan
Dalam Arti Luas
Selanjutnya The Liang Gie
menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan.
Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan
Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga
menyenangkan.
. Jadi pengertian yang
seluas-Iuasnya meliputi :
• keindahan seni
• keindahan alam
• keindahan moral
• keindahan intelektual.
Keindahan
Dalam Arti Estetik MurniKeindahan dalam arti
estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dellgan se:gala
sesuatu yang diserapnya.
Keindahan
Dalam Arti Terbatas Dalam Hubungannya Dengan Penglihatan
Keindahan dalam arti yang
terbatas, me~punyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut
bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan
bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan
dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa
keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda
dan di antara benda itu dengan si pengarnat.
2. NILAI – NILAI PADA
KEINDAHAN
Nilai Estetik
Dalam rangka teori umum tentang
nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai
salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai
pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang
tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of
Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut
:
‘”The believed Capacity of any
object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be
of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada
suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
Hal itu berarti, bahwa nilai
adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara
tegas dari kegunaan, karena
terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu
(oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak
kebenarannya.
Keindahan itu pada dasamya adalah
alamiah. Alam ciptaan Tuhan. lni berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan.
Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis
melukis wanita lebih cantik dari keadaan sebenamya, justru tidak indah.
Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan
dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau
kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral,
mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan
banyak lagi lainnya.
Berikut ini akan dicoba
menguraikan alasan/motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan.
1) Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang terjelma dalam
adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga
dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan, misalnya kawin paksa.
2) Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajad
dan nilai kcmanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral
dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama
dari segi kebutuhan seksual.
Sebagai contoh ialah karya seni
berupa sajak yang dikemukakan oleh W.S.Rendra berjudul “Bersatulah
Pelacur-pelacur Kota Jakarta”. Di sini pengarang memprotes perbuatan bejad para
pejabat, yang merendahkan derajad wanita dengan mengatakan sebagai inspirasi
revolusi, tetapi tidak lebih dari pelacur.
3) penderitaan manusia
Banyak faktor yang membuat
manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu
sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat nafsu ingin
berkuasa. serakah, tidak berhati-hati dan sebagainya.
Keadaan demikian ini tidak
mempunyai daya tarik dan tidak menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah
diabaikan, dan dikatakan tidak indah. Yang tidak indah itu harus dilenyapkan
karena tidak bermanfaat bagi kemanusiaan.
4) Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan
melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta kejadian-kejadian
alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanya
dapat meniru saja keindahan ciptaan Tuhan itu. Seindah-indah tinian terhadap ciptaan
Tuhan, tidak akan menyamai keindahan ciptaan Tuhan itu sendiri. Kecantikan
seorang wanita ciptaan Tuhan membuat kagum seniman Leonardo da Vinci. Karena
itu ia berusaha meniru ciptaan Tuhan dengan melukis Monalisa sebagai wanita
cantik. Lukisan monalisa sangat terkenal karena menarik dan tidak membosankan.
Nilai itu ada yang membedakan
antara nilai sub yektif dan obyektif,Tetapi penggolongan yang penting ialah:
Nilai
Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat
baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya
(“instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat
atau membantu atau juga merupakan suatu nilai susila yang harus dihubungkan
dengan hal-hal lain diluar tindakan itu yakni konsekuensi atau akibat dari
tindakan tersebut. contohnya yaitu puisi, bentuk puisi yang terdiri dari
bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik
dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi
kepentingan benda itu sendiri. Setiap objek mengandung kualitas tertentu,
kualitas atau nilai demikian disebut dengan nilai intrinsik. Jadi, nilai
intrinsik adalah nilai yang berdiri sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin
disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai
intrinsik.
3. PENDERITAAN DAN SIKSAAN
Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata
derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas
dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat
ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidalmya
intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh
seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu
penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah
awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh
semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko" hidup. Tuhan memberikan
kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan
atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak
memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau
wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap
peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi
sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui
melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan.
Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa
Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk
menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan
penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja
dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman,
sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda
atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan
sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat
digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan
kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang
sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakanpindah agama
atau cuci otak politik.
Penyiksaan hampir secara
universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti
dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa
Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan
penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan
perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against
Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit
atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan,
menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun
demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan
bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian
tersebut.
4. RENUNGAN
Renungan bisa dikatakan
memikirkan sesuatu hal yang baru maupun belum dialami oleh manusia. Contoh
mengenai keindahan yaitu, suatu ketika manusia ingin membuat suatu karya seni
rupa kemudian manusia itu belum mempunyai ide tentang karya seni rupa apa yang
ingin iya buat, lalu ia merenung dengan menyendiri atau pergi kesuatu tempat
agar ia bisa tenang dan dapat berfikir untuk menemukan ide untuk karya seni
rupa yang ingin ia buat.
Studi kasus : menurut
saya jika keindahan dilihat dari dimensi waktu, maka jaman sekarang adalah
merupakan waktu kemunduran dari seni, beberapa faktor kemunduran seni ini
adalah orientasi berlebih pada uang, kurangnya minat untuk mencipta, serta
beberapa seniman yang terkesan “mencuri” seni orang lain. Selain itu hal ini
disebabkan menurunnya nilai jual seni asli karena perbuatan duplikat atau
pemalsuan, atau pembajakan hasil seni.
Dalam merenung untuk menciptakan
seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori
metafisik dan teori psikologik.
(a). TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori ini ialah bahwa
“Art is an expression of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari
perasaan manusia ). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh
seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi yang paling
terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang
telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion
and General Linguistic”. Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah
Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri
sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah
memunculkan itu kemudian dengan perantaraan pelbagai gerak, garis, wama, suar
dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata mernindahkan perasaan itu sehingga
orang-orang mengalami perasaan yang sama.
(b). TEORI METAFISIK
Teori seni yang bercorak
metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang
karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi
keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori
peniruan (imitation theory).
(c). TEORI PSIKOLOGIS
Teori-teori metafisis dari para
filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang
ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau
abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah
teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya
dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasaikan
psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan
keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman.
Suatu teori lain tentang sumber
seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller
(1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni
adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri
seseorang. Sebuah teori lagi yang dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah
teori penandaan (signification Theory) yang memandang seni sebagi suatu lambang
atau tanda dari perasaan manusia.
5. FOBIA
1. Phobia
Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan
panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak
zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan
yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak
masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang
ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya.
Konsep takut dan cemas betautan erat.
Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman.
Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan
rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.
Phobia didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan
yang mengganggu yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional,
dengan bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh
si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar. Beberapa pengertian
phobia menurut ahli Siti Meitchati ( 1983;22) : adalah ketakutan
yang tidak terkendalikan, tidak normal kepada suatu hal atau kejadian tanpa
diketahui sebabnya.
Defenisi phobia menurut kamus psikologi adalah suatu
ketakutan yang kuat, terus menerus dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu
perangsang atau situasi khusus, seperti auatu ketakutan yang abnormal terhadap
tempat tertentu. Sementara kartini kartono (1989:112) mendefinisikan phobia
sebagai ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional tidak bisa
dikontrol terhadap suatu situasi terhadap objek tertentu. Semua phobia adalah
ketajutan yang tak beralasan, yang bertalian dengan perasaan bersalah atau pun
malu, ditekan. Kemudian berubah takut pada suatu yang lain, dengan begitu
terpendamlah konflik atau frustasi yang dialaminya.
Jadi phobia adalah rasa takut yang berlebihan kepada
suatu hal atau fenomena yang membuat hidup seseorang yang menderitanya terhambat.
Beberapa
pendapat ahli yang mendefinisikan fobia yaitu Jaspers (1923) mendefinisikan
fobia sebagai rasa takut yang sangat dnan tidak dapat diatasi terhadap suatu
keadaan dan tugas yang biasa. Ross (1937) berpendapat bahwa fobia adalah rasa
takut yang khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk
akal, tetapi tidak dapat mengatasinya. Errera (1962) adalah rasa takut
yang selalu ada terhadap sesuatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa
tidak menimbulkan rasa takut.
James
Drever(1986:346) : Kengerian atau ketakutan yang tidak terkendali yang pada
umumnya disebabkan sifat abnormal terhadap situasi dan objek tertentu.
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
2. Jenis
Phobia
Hal yang aneh tentang fobia adalah biasanya melibatkan
ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa.
Orang dengan fobia mengalami ketakutan untuk hal-hal yang amat biasa, seperti
naik elevator atau naik mobil di jalan raya. Dengan contoh ini, dapat diketahui
bahwa fobia dapat mengganggu bila berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari
seperti naik kendaraan, berbelanja, atau pergi keluar rumah. Berikut ini adalah
tiga tipe fobia berdasarkan sistem DSM, yaitu fobia spesifik, fobia sosial, dan
agorafobia.
a) Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan
persisten terhadap objek atau situasi spesifik, seperti:
· Acrophobia:
takut terhadap ketinggian, bahkan hanya setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan
bagi penderita fobia ini.
· Claustrophobia:
takut terhadap tempat tertutup/terkunci sehingga orang dengan fobia jenis ini
sering berada di taman atau di lapangan olahraga bersama teman-temannya.
· Fobia
binatang: takut terhadap binatang tertentu seperti tikus, ular, atau
binatang-binatang menjijikkan.Anda
bisa saja mempunyai ketakutan terhadap hewan-hewan tersebut. Namun, bila
ketakutan itu mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres
emosional yang signifikan di dalam diri Anda (bahkan ketika Anda hanya
membayangkan hewan itu), maka barulah Anda mengalami fobia.
· Fobia
benda-benda tertentu: seperti jarum suntik (bukan sakitnya yang mereka takuti,
tetapi jarumnya), pisau, benda-benda elektronik, atau benda-benda lain.
b) Fobia Sosial
Fobia sosial adalah ketakutan yang intens terhadap
situasi sosial atau ramai sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya,
atau menghadapinya tetapi dengan distres yang amat berkecamuk. Penderita fobia sosial mengalami
ketakutan terhadap situasi sosial seperti berkencan, datang ke pesta,
pertemuan-pertemuan sosial, bahkan presentasi untuk ujian. Fobia sosial
yang mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang
lain, dalam artian mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin mereka
merasa seakan-akan ribuan pasang mata sedang memperhatikan dengan teliti setiap
gerak yang mereka lakukan.
Contoh umum untuk
fobia jenis ini adalah:
· Demam
panggung yang berlebihan
· Kecemasan
berbicara di forum yang berlebihan, bahkan dihadapan orang-orang terdekat
sekalipun.
· Kecemasan
meminta sesuatu, seperti memesan makanan di rumah makan karena takut pelayan
atau teman menertawai makanan yang mereka pesan.
· Ketakutan
bertemu dengan orang baru, hal ini menyebabkan penderita tidak berkembang dalam
hal sosial.
Fobia jenis ini menyebabkan penurunan kualitas hidup
penderitanya, seperti kualitas untuk mencapai sasaran pendidikan , maju dalam
karier, atau bertahan dalam pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang
lain secara langsung.Sekali
fobia sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis sepanjang hidup.
c) Agrofobia
Agorafobia
secara harfiah diartikan sebagai “takut kepada pasar”, yang sugestif untuk
ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai (berbeda dengan fobia
sosial, agorafobia tidak “mati sosial” bila berinteraksi dengan orang-orang di
tempat yang sepi). Agorafobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau
situasi-situasi yang memberi kesulitan bagi mereka untuk meminta bantuan ketika
ada suatu problem yang menimpa mereka atau orang lain. Orang-orang dengan
agorafobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang penih sesak,
bersempit-sempitan di bus, dan lain-lain yang kira-kira membuat mereka sulit
meminta pertolongan.(
Beberapa teori yang memberikan kontribusi tentang adanya
phobia
1.) Teori Psikoanalisis
Freud
adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan secara sistematis perkembangan
perilaku fobia. Menurut Freud, fobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan
yang disebabkan oleh impuls-impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan
dari impuls id yang ditakuti dan berpindah ke suatu objek atau situasi yang
memiliki koneksi simbolik dengannya. Fobia adalah cara ego untuk menghindari
konfrontasi dengan masalah sebenarnya, yaitu konflik masa kecil yang ditekan.
2.)Teori
Behaviorial
Teori
ini berfokus pada pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Salah satu
pembelajarannya adalahAvoidence Conditioning : penjelasan utama
behavioral tentang fobia adalah reaksi semacam itu merupakan respons avoidence
yang dipelajari. Formulasi avoidence conditioning dilandasi oleh teori dua
faktor yang diajukan oleh Mowrer (1947) dan mengatakan bahwa fobia berkembang
dari dua rangkaian pembelajarang yang saling berkaitan, yaitu;
a. Melalui
classikal conditioning seseorang dapat belajar untuk takut pada sesuatu
stimulus netral (CS) jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang
secara intrinsik menyakitkan atau menakutkan (UCS).
b. Seseorang
dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengn melarikan
diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant
conditioning; respon dipertahankan oleh konsekuensi mengurang ketakutan
yang menguatkan.
3) Teori Kognitif
Teori
ini berfokus pada bagaimana proses berfikir manusia dapat berperan sebagai diathesis
dan pada bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Kecemasan dikaitkan
dengan kemungkinan yang lebih besar untuk menanggapi stimuli negatif,
menginterpretasi informasi yang tidak jelas sebagai informasi yang mengancam,
dan mempercayai bahwa kejadian negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terjadi di masa mendatang (Heinrichs & Hoffman, 2000; Turk dkk., 2001).
Teori
kognitif mengenai fobia juga relevan untuk berbagai fitur lain dalam gangguan
ini rasa takut yang menetap dan fakta bahwa ketakutan tersebut sesungguhnya
tampak irasional bagi mereka yang mengalaminya. Fenomena ini dapat terjadi
karena rasa takut terjadi melalui proses-proses otomatis yang terjadi pada awal
kehidupan dan tidak disadari. Setelah proses awal tersebut, stimulus dihindari
sehingga tidak diproses cukup lengkap dan yang dapat menghilangkan rasa takut
tersebut (Amir. Foa, & Coles, 1998).
4.) Gejala
Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu
atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah
sebagai berikut:
a) Jantung
berdebar kencang
b) Kesulitan
mengatur napas
c) Dada
terasa sakit
d) Wajah
memerah dan berkeringat
e) Merasa
sakit
f) Gemetar
g) Pusing
h) Mulut
terasa kering
i) Merasa
perlu pergi ke toilet
j) Merasa
lemas dan akhirnya pingsan
5.) Penyebab
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada
umumnya phobia disebabkan karena
pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai
perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah
sadar. Peristiwa traumatis di
masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu
bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak
pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin
Seligman di dalam teorinya yang
dikenal dengan istilah biological
preparedness mengatakan
ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap
nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan
tersebut disebabkan oleh faktor
keturunan. Misalnya, mereka yang
takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua,
pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat
menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah
disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat
mengancam survival kita.
Pada
kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita
tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak
ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul
kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.
Menurut kartini kartono phobia dapat disebabkan oleh:
a) Pernah mengalami
ketakutan yang hebat
b) Pengalaman asli ini
dibarengi rasa malu dan rasa bersalah kemudian semua ditekan untuk
melupakan kejadian-kejadian tersebut.
c) Jika mengalami stimulus yang
sama akan timbul respon yang bersyarat kembali, sungguhpun peristiwa pengalaman
yang asli sudah dilupakan. Respon-respon ketakutan hebat selalu timbul kembali
sungguhpun ada usaha-usaha untuk menekan dan melenyepkan respon tersebut.
Secara spesifik, rasa takut dapat disebabkan antara lain:
a. pengaruh filogenetik
b. pengaruh keturunan
c. kepribadian
d. pengaruh budaya dan daerah
e. pengaruh faal (fungsi) tubuh
f. faktor biokimia
g. trauma dan tekanan
h. teladan orang lain
i. dll
Tips Cara
Mengatasi Fobia
Nah, itulah
sedikit mengenai pengertian dan hal yang mengakibatkan seseorang mengidap
fobia. Untuk bisa mengatasi fobiaatau ketakutan berlebihan ini diperlukan cara
untuk mengatasinya dengan cara yang benar dan tepat. Berikut cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi fobia ini yaitu bisa dengan cara :
1. Rasa
optimis 100% bahwa ketakutan fobia ini bisa diatasi.
Jika kamu memiliki fobia terhadap
sesuatu dan memiliki keinginan untuk sembuh, kamu harus optimis bahwa kamu bisa
sembuh, karena fobia termasuk kelainan yang bisa disembuhkan.
2. Bantuan
dan dukungan 100% dari diri sendiri dan keluarga dibutuhkan dalam rangka terapi
dan penyembuhan fobia ini bisa berhasil dan juga agar berangsur-angsur kondisi
ini menghilang.
Jangan malu, merasa minder atau
berusaha untuk menyembunyikan fobia kamu dari orang-orang disekitar kamu,
justru bantuan dan dukungan dari teman dan keluarga adalah sesuatu yang kamu
butuhkan untuk dapat mengatasi dan melewati proses penyembuhan fobia kamu.
Ini juga penting untuk kamu tahu, seandainya kamu tidak mengidap fobia
namun ada teman atau anggota keluarga kamu yang memiliki fobia terhadap
sesuatu, please be noted... harap dicatat baik-baik... jangan menjadikan fobia
teman, atau anggota keluarga kamu itu sebagai bulan-bulanan kamu, Ok!
3. Menjalani
terapi/sugesti alam bawah sadar (hipnosis) untuk mencapai hasil optimal dan
permanen.
Dengan
metode hipnosis, seseorang yang mengidap fobia akan dibimbing untuk menemukan
penyebab fobianya, kemudian dilakukan pembelajaran ulang atas peristiwa
penyebab fobia tersebut. Dengan pemahaman yang baru mengenai peristiwa
traumatis tersebut, maka fobia akan sembuh seketika dan tidak kambuh dalam
waktu yang sangat lama atau bahkan selamanya.
6. SESEORANG YANG MENGALAMI PENDERITAAN
Bahwa setiap manusia yang hidup
di dunia ini pernah merasakan penderitaan, baik itu ringan maupun berat. Karena
tuhan memiliki cara untuk mengukur sebarapa kuat iman hambanya kepadanya. Namun
hidup di duniapun tidak selalu menderita, sedih, ataupun susah, terkadang saat
manusia terlalu terbuai dengan kesenangannya di duniawi, manusia akan melupakan
batasan-batasan yang ada sehingga tuhan akan memberikan cobaan untuknya yang
membuatnya menderita, agar mereka bisa belajar dari penderitaan terserbut dan
mencoba berubah menjadi lebih baik lagi.
Kita sebagai manusia hanya perlu
menjalani hidup dengan sebaik baiknya dengan aturan yang berlaku dan sesuai kepercayaan
yang di anut.
Pendapat kita kepada seseorang yang mengalami penderitaan
Jika ada seseorang yang mengalami penderitaan
baik fisik maupun mental adalah yang pertama kita harus menenangkan pikiran
sang penderita, lalu kita harus membuat orang tersebut supaya nyaman agar
kejadian tersebut tidak menjadi fobia bagi sang penderita. Memberikan dukungan
moral pada sang penderita agar tidak menjadi stres yang berkepanjangan.
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Keindahan
Keindahan
adalah identik dengan kebenaran. Keindahan dan kebenaran mempunyai nilai daya
tarik yang selalu berubah – ubah, karena keindahan bersifat universal, artinya
tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan atau local. Keindahan juga mempunyai nilai estetik yang terdiri dari
ekstrinsik, dan intrinsik.
2.
Nilai – Nilai Keindahan
Nilai
Estetik
Keindahan merupakan sebagai salah
satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan,
dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup
dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Suatu nilai dapat diartikan
bahwa kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan
keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau
suatu kelompok. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda
sampai terbukti letak kebenarannya.
Nilai itu ada yang membedakan
antara nilai sub yektif dan obyektif,Tetapi penggolongan yang penting ialah:
Nilai
Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat
baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya
(“instrumental! Contributory value”).
Nilai
Intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik
dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi
kepentingan benda itu sendiri.
2.
Penderitaan dan siksaan
Penderitaan
dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan
termasuk realitas manusia dan dunia. Penderitaan timbul karena adanya siksaan.
Dan siksaan adalah suatu proses kekerasan dalam bentuk fisik atau psikologis.
3.
Renungan
Renungan
bisa dikatakan memikirkan sesuatu hal yang baru maupun belum dialami oleh
manusia.
4.
Fobia
Fobia
rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia juga
terbagi atas fobia social dan fobia spesifik.
Fobia
Sosial
Fobia sosial adalah ketakutan
akan diamati dan dipermalukan di depan publik
Fobia
Spesifik
Fobia
spesifik ditandai oleh ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Keindahan dan renungan :
http://ferdiputra.blogspot.com/2012/04/keindahan-renungan-dan-keserasian-tugas.html
Nilai – nilai ekstrinsik dan
intrinsik keindahan pada manusia :
Penderitan dan siksaan :
http://achilles-tycoon.blogspot.com/2012/04/manusia-penderitaan-pengertian.html
Fobia :
http://bima-san.blogspot.com/2013/12/pengertian-phobia_25.html
Komentar
Posting Komentar